Makam Bupati Banyumas di Dawuhan

Dawuhan adalah sebuah desa di Kecamatan Banyumas, Kabupaten Banyumas Provinsi Jawa Tengah . Desa yang terletak kurang lebih 5 Km sebelah barat alun-alun Banyumas. Di desa Dawuhan ini banyak terdapat tempat yang istimewa bagi masyarakat Banyumas jika dibandingkan dengan desa-desa lain di wilayah Kec. Banyumas. Di desa tersebut terdapat areal pemakaman yang cukup luas dimana di areal ini dimakamkan para leluhur Kabupaten Banyumas seperti Bupati-Bupati Banyumas.

Kompleks makam Bupati-Bupati Banyumas ini merupakan lokasi rutin kegiatan ziarah dalam rangka Hari Jadi Kabupaten Banyumas setiap tahunnya. Kegiatan ziarah ini menandakan salah satu wujud penghargaan kita kepada para leluhur Banyumas dengan cara mendoakan dan melakukan ziarah ke makam leluhur, sehingga juga diharapkan mampu mengenang jasa leluhur dan meneladani sikap dan watak satria para leluhur, misalnya watak satria R. Joko Kaiman yang berkenan membagi empat Kabupaten Wirasaba, yang sebenarnya sudah dikuasakan kepada beliau, kepada saudara-saudara iparnya. Dengan demikian, Kabupaten/Kadipaten Banyumas berdiri atas dasar watak satria, watak Banyumas.

Dengan ziarah ke makam para leluhur Kabupaten Banyumas ini merupakan suatu bentuk penghargaan kita dengan mendoakan dan mengenang jasa-jasa serta dapat meneladani sikap dan watak para pemimpin leluhur kita.

Makam Dawuhan adalah makam para pepunden (pendiri dan petinggi) Banyumas. Ada 12 orang yang pernah menjadi Bupati Banyumas dimakamkan di pesarehan ini. Bupati Banyumas pertama, Jaka Kaiman, yang dikenal sebagai Adipati Mrapat juga dimakamkan di tempat ini. Selain itu juga terdapat makam tiga orang Bupati Purwokerto dan dua orang Bupati Purbalingga.
makam dawuhan

Selain makam para leluhur Banyumas, di desa Dawuhan ini juga terdapat museum benda-benda pusaka yang lokasinya berada di Kalibening, kira-kira 1 Km sebelah barat makam. Benda-benda pusaka tersebut rutin setiap bulan Mulud dibersihkan dan dicuci (penjamasan pusaka) di sebuah sumur yang terletak di atas bukit yang airnya tidak pernah kering walaupun musim kemarau panjang. Sumur tersebut dinamakan sumur pasucen yaitu sumur untuk mensucikan (membersihkan), air dari sumur pasucen bagi yang percaya mempunyai khasiat untuk mengobati penyakit.

Biasanya pada acara penjamasan pusaka ini rame dikunjungi oleh masyarakat sekitar Banyumas dan dari luar daerah Banyumas untuk menyaksikan acara penjamasan pusaka, ziarah atau bagi yang ingin jalan-jalan saja untuk melihat pemandangan sekitar Banyumas dengan kelokan sungai Serayu yang indah.

Pesarehan seluas lima hektare tersebut berada di lereng Pegunungan Serayu, kurang lebih sejauh lima kilometer sebelah barat kota Banyumas. Pada bulan Ruwah (sya’ban) pesarehan ini sering dikunjungi peziarah, baik yang sekedar ingin berdoa  maupun mereka yang menginginkan hajat tertentu.

Menurut riwayat, Desa Dawuhan dulunya merupakan desa perdikan yang dikepalai seorang demang. Namun sejak proklamasi kemerdekaan RI, status tersebut dihapus, sesuai dengan Undang-undang No. 13 tahun 1946, tentang penghapusan kedudukan desa-desa perdikan. Dalam Babad Banyumas yang disusun oleh dan atas perintah Pangeran Juru Pensiun Pepatih Dalem Kasultanan Yogyakarta, Pasarehan Dawuhan dinamakan Astana Redi Bendungan.

Upaya pemeliharaan dan pelestarian makam bersejarah bagi masyarakat Banyumas ini telah dilakukan. Mulanya hanya dibentuk sebuah panitia perbaikan yang disebut Panitia Perbaikan Makam Dawuhan Banyumas. Lalu pada tanggal 12 Januari 1977 dibentuk ”Yayasan Pasarehan Dawuhan Banyumas” yang bertanggung jawab dalam pemeliharaan dan pelestarian situs budaya ini.

Di dalam kompleks makam ini berdiri sebuah masjid yang sudah cukup tua bernama ”Masjid Nurul Huda”. Masjid ini didirikan oleh Tumenggung Cakrawerdana I, Bupati Banyumas XIII, sekitar tahun 1830.   
Advertisement

Baca juga:

Blogger
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar

Silahkan berikan komentar Anda !