Monumen Jenderal Sudirman terdapat di Kecamatan Rembang Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Monumen ini mulai dibangun pada tanggal 6 Februari 1976, oleh Pemerintah Kabupaten Purbalingga pada masa Bupati Goentoer Darjono, sebagai “tetenger” sekaligus sebagai penghargaan atas jasa-jasa perjuangan beliau menegakkan Kemerdekaan NKRI. Museum yang isinya memuat replika rumah kelahiran Soedirman lengkap dengan barang-barang milik keluarga, seperti kursi, lemari, hingga lampu minyak tradisional tersebut dibuat untuk menghormati jasa sang pahlawan.
Monumen ini berjarak sekitar 30 km dari kota Purbalingga ke arah timur laut. Desa Rembang dapat dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dari terminal Purbalingga. Ada dua jalur yang dapat digunakan yakni jalur lewat Bobotsari ataupun lewat Kejobong. Jalan yang tersedia sudah berupa jalan aspal yang halus. Jadi relatif mudah saja transportsi menuju lokasi museum kelahiran Jenderal Soedirman ini.
Museum ini terletak di tepi sungai Klawing yang merupakan sungai besar di daerah Purbalingga. Di pelataran museum ini terdapat lapangan besar sekaligus dapat digunakan untuk berbagai acara termasuk digunakan sebagai bumi perkemahan. Tempat parkir yang tersedia juga cukup besar sehingga memudahkan pengunjung datang di lokasi ini.
Sebelum memasuki museum, ada patung besar Soedirman berdiri dengan megah. Di museum ini terpahat juga ukiran relief yang menggambarkan kisah perjalanan hidup sang panglima. Relief sepanjang 10 meter itu menceritakan riwayat Soedirman sejak mulai bayi, remaja, hingga masa pergerakan perjuangan. Dalam relief itu tergambar juga kisah perjuangan Soedirman ketika sakit di masa perlawanan menghadapi penjajah.
Sebuah replika kereta kuda dan tandu dari bambu yang dipakai untuk mengangkat Jenderal Soedirman saat masa perjuangan juga dipajang di museum ini. Kondisi Museum Jenderal Soedirman yang sepi pengunjung sangat disayangkan. Padahal untuk masuk, pengunjung hanya diminta membeli tiket seharga Rp 500. Data di museum mencatat, jumlah pengunjung yang datang ke museum hanya beberapa orang saja dalam waktu sebulan.
Biografi Jenderal Besar Soedirman
Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.
Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Beliau adalah Pahlawan sejati rela berkorban demi bangsa dan Negara Indonesia. Semoga segala jasa beliau dan perjuangan beliau dapat kita lanjutkan untuk Indonesia yang lebih baik.
Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalan keturunan Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem.
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap.
Ketika jaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.
Monumen ini berjarak sekitar 30 km dari kota Purbalingga ke arah timur laut. Desa Rembang dapat dapat dijangkau dengan menggunakan kendaraan pribadi atau angkutan umum dari terminal Purbalingga. Ada dua jalur yang dapat digunakan yakni jalur lewat Bobotsari ataupun lewat Kejobong. Jalan yang tersedia sudah berupa jalan aspal yang halus. Jadi relatif mudah saja transportsi menuju lokasi museum kelahiran Jenderal Soedirman ini.
Museum ini terletak di tepi sungai Klawing yang merupakan sungai besar di daerah Purbalingga. Di pelataran museum ini terdapat lapangan besar sekaligus dapat digunakan untuk berbagai acara termasuk digunakan sebagai bumi perkemahan. Tempat parkir yang tersedia juga cukup besar sehingga memudahkan pengunjung datang di lokasi ini.
Sebelum memasuki museum, ada patung besar Soedirman berdiri dengan megah. Di museum ini terpahat juga ukiran relief yang menggambarkan kisah perjalanan hidup sang panglima. Relief sepanjang 10 meter itu menceritakan riwayat Soedirman sejak mulai bayi, remaja, hingga masa pergerakan perjuangan. Dalam relief itu tergambar juga kisah perjuangan Soedirman ketika sakit di masa perlawanan menghadapi penjajah.
Dalam museum Soedirman ada beberapa kamar, salah satunya kamar ketika Soedirman masih bayi. Ayunan bayi untuk menimang Soedirman mungil masih terjaga baik. Ada pula sebuah dipan untuk tidur. Tempat tidur kayu itu seringkali digunakan ayahanda Soedirman, Raden Cokro Sunaryo untuk beristirahat.
Sebuah replika kereta kuda dan tandu dari bambu yang dipakai untuk mengangkat Jenderal Soedirman saat masa perjuangan juga dipajang di museum ini. Kondisi Museum Jenderal Soedirman yang sepi pengunjung sangat disayangkan. Padahal untuk masuk, pengunjung hanya diminta membeli tiket seharga Rp 500. Data di museum mencatat, jumlah pengunjung yang datang ke museum hanya beberapa orang saja dalam waktu sebulan.
Biografi Jenderal Besar Soedirman
Jenderal Besar TNI Anumerta Soedirman (lahir di Bodas Karangjati, Purbalingga, Jawa Tengah, 24 Januari 1916 – meninggal di Magelang, Jawa Tengah, 29 Januari 1950 pada umur 34 tahun) adalah seorang pahlawan nasional Indonesia yang berjuang pada masa Revolusi Nasional Indonesia. Dalam sejarah perjuangan Republik Indonesia, ia dicatat sebagai Panglima dan Jenderal RI yang pertama dan termuda. Saat usia Soedirman 31 tahun ia telah menjadi seorang jenderal.
Meski menderita sakit tuberkulosis paru-paru yang parah, ia tetap bergerilya dalam perang pembelaan kemerdekaan RI. Pada tahun 1950 ia wafat karena penyakit tuberkulosis tersebut dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kusuma Negara di Semaki, Yogyakarta. Beliau adalah Pahlawan sejati rela berkorban demi bangsa dan Negara Indonesia. Semoga segala jasa beliau dan perjuangan beliau dapat kita lanjutkan untuk Indonesia yang lebih baik.
Soedirman dibesarkan dalam lingkungan keluarga sederhana. Ayahnya, Karsid Kartowirodji, adalah seorang pekerja di Pabrik Gula Kalibagor, Banyumas, dan ibunya, Siyem, adalan keturunan Wedana Rembang. Soedirman sejak umur 8 bulan diangkat sebagai anak oleh R. Tjokrosoenaryo, seorang asisten Wedana Rembang yang masih merupakan saudara dari Siyem.
Soedirman memperoleh pendidikan formal dari Sekolah Taman Siswa. Kemudian ia melanjut ke HIK (sekolah guru) Muhammadiyah, Surakarta tapi tidak sampai tamat. Soedirman saat itu juga giat di organisasi Pramuka Hizbul Wathan. Setelah itu ia menjadi guru di sekolah HIS Muhammadiyah di Cilacap.
Ketika jaman pendudukan Jepang, ia masuk tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor di bawah pelatihan tentara Jepang Setelah menyelesaikan pendidikan di PETA, ia menjadi Komandan Batalyon di Kroya, Jawa Tengah. Kemudian ia menjadi Panglima Divisi V/Banyumas sesudah TKR terbentuk, dan akhirnya terpilih menjadi Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia (Panglima TKR).
Soedirman dikenal oleh orang-orang di sekitarnya dengan pribadinya yang teguh pada prinsip dan keyakinan, dimana ia selalu mengedepankan kepentingan masyarakat banyak dan bangsa di atas kepentingan pribadinya, bahkan kesehatannya sendiri. Pribadinya tersebut ditulis dalam sebuah buku oleh Tjokropranolo, pengawal pribadinya semasa gerilya, sebagai seorang yang selalu konsisten dan konsekuen dalam membela kepentingan tanah air, bangsa, dan negara.
Advertisement