Pantai Petanahan Kebumen

Pantai Petanahan atau Pantai Pandan Kuning terletak di Desa Petanahan, Kecamatan Petanahan, Kabupaten Kebumen, Provinsi Jawa Tengah. Pantai yang sempat menjadi primadona pariwisata kabupaten Kebumen. Dahulu pantai Petanahan memiliki gumuk pasir yang tinggi dan banyak seperti Parangtritis di Yogyakarta. Namun sekarang mulai hilang/rusak dikarenakan penambangan pasir pantai.

Pantai Petanahan memiliki keunikan tersendiri dibanding obyek wisata lainnya di Kabupaten Kebumen. Seolah ada daya pikat bagi pengunjung yang pernah datang. Sekalipun mereka hanya untuk menikmati deburan ombak laut yang seolah berkejaran tak ada henti-hentinya. Sekalipun panas terik matahari menyengat tubuh Wisatawan yang datang ke Pantai tersebut, misalnya di saat hari raya Idul Fitri.

Setelah berjalan-jalan menelusuri pantai yang begitu luas, dengan menyaksikan deburan ombak laut yang berkejar-kejaran, kita bisa menyaksikannya dengan duduk-duduk santai di pengunungan pantai tersebut yang sekelilingnya ini terdapat tumbuhan cemara dan pohon pandan yang mempunyai mitos sendiri. Duduk bercanda dan bercengkrama menyaksikan laut begitu indahnya bisa melupakan semua persoalan yang kita hadapi.

Keindahan Pantai Petanahan
Menurut info yang kami peroleh di situs Pemkab Kebumen pantai ini memang ramai hanya saat Hari raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pantai Petanahan terkenal dengan ombaknya yang tinggi dan besar. Kebanyakan para pengunjung memang hanya nongkrong dan ngobrol menikmati indahnya ombak. Apalagi kalau cuacanya sedang cerah. Disarankan memang untuk tidak mandi mengingat ombaknya tergolong besar jadi bisa membahayakan pengunjung.

Pemandangan pantai yang luas dan pantai yang cukup bersih menjadi nilai positif pantai ini. Tentu saja sambil mengenang kesetiaan Dewi Sulastri terhadap suaminya. Liburan ke Pantai Petanahan merupakan satu pilihan yang patut dipertimbangkan, terutama jika Anda membawa serta keluarga.

Ada aktifitas unik yang bisa anda lakukan disana, yaitu bermain layang-layang. Bahkan seringkali diadakan festival atau even layang-layang tingkat regional maupun nasional disana. Ada juga lomba mancing ikan yang tentu saja sangat menarik bagi para mancing mania dan juga pengunjung tentunya. Disana ada lokasi yang bernama pesanggrahan pandan kuning yang biasa digunakan oleh para wisatawan untuk berziarah dan juga menyepi.

Ada satu wahana yang menarik bagi para anak-anak, yaitu adanya fasilitas perosotan di pintu masuk pantai. Jika kebetulan anda datang kesana pada saat hari raya, nanti biasanya akan ada hiburan-hiburan "dadakan". Diantaranya adalah hiburan kolam renang. Buat anak-anak anda tentunya, karena ukurannya cukup kecil, dengan cara menggali pasir dan hanya memiliki ukuran berkisar 6 x 6 m saja dan ditutup terpal dan diisi air. Biaya sewanya. sangat murah Anda hanya perlu membayar Rp.3000.

Di Pantai Petanahan juga ada penyewaan kuda yang bisa dipakai anak-anak untuk menyusuri garis pantai. Seorang petani garam sempat melintasi pantai dan kami abadikan melalui kamera yang kami bawa. Dengan hanya membayar Rp.5.000 putra-putri Anda dapat menyusuri pantai menggunakan kuda.

Legenda dan Mitos Pantai Petanahan
Berdasarkan informasi Dinas Pariwisata Kabupaten Kebumen, Pada masa pemerintahan Mataram dipimpin oleh Sutawijaya, lahirlah seorang gadis yang bernama Dewi Sulastri. Anak Bupati Pucang Kembar yang bernama Citro Kusumo. Ia dijodohkan oleh ayahnya dengan seorang adipati bernama Joko Puring.
pantai petanahan
Namun Dewi Sulastri tidak mencintai pria tersebut. Ia malah jatuh hati dengan Raden Sujono, seorang abdi di Pucung Kembar. Cinta segitiga pun terjadi antara Dewi Sulastri, Pada akhirnya, Raden Sujono berhasil mempersunting Dewi Sulastri dan menjadi Bupati Pucang Kembar.

Suatu saat Raden Sujono menjalankan tugas negara memberantas berandal-berandal dan meninggalkan istrinya. Saat itu Joko Puring membawa lari Dewi Sulastri sampai ke Pantai Karanggadung. Ia memaksa Sulastri untuk menjadi istrinya, namun meskipun diancam dibunuh, Dewi Sulastri tidak mengabulkan permintaannya.

Raden Sujono yang mengetahui istrinya dibawa lari datang menuju Karanggadung dan bertempur melawan Joko Puring. Akhirnya ia berhasil merebut kembali istrinya, Dewi Sulastri pun telah membuktikan kesetiaannya kepada suaminya. Beratus-ratus tahun kemudian, Pantai Karanggadung dalam legenda di atas lebih dikenal dengan Pantai Petanahan.

Mitos yang masih dipercaya oleh warga sekitar Pantai Petanahan adalah para pengunjung disarankan memakai baju/pakaian berwarna hijau gadung. Konon katanya, warna tersebut merupakan warna kesukaan Nyi Loro Kidul. Konon katanya jika tidak memakai baju berwarna hijau gadung, nanti bisa tersesat dan hilang. Terserah anda masing-masing, mau percaya atau tidak.

Akses Menuju Pantai Petanahan
Petanahan sangat mudah dijangkau baik menggunakan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum. Apabila Anda datang dari Jakarta, langsung bisa menggunakan bus antar kota jurusan Jakarta-Purworejo yang melalui jalur selatan. Pengunjung bisa langsung turun di Petanahan tanpa berganti-ganti angkutan lain.

Apabila Anda dari Yogyakarta juga bisa menggunakan bus antar kota jurusan Yogyakarta-Petanahan. Apabila menggunakan kereta, bisa turun di Stasiun Kebumen lalu dilanjutkan menggunakan angkutan jurusan Kebumen-Petanahan-Suwuk.

Tidak sedikit para wisatawan justru naik delman dan becak dari kecamatan Petanahan untuk sampai di pantai. Sambil menikmati nyamannya naik alat tranportasi tradisional itu, bisa sembari menikmati suasana pemandangan alam dan persawahan di pinggir jalan dan tentu saja angin yang sepoi-sepoi melengkapi perjalanan menuju pantai.

Untuk memasuki lokasi Pantai Petanahan dipungut Retribusi masuk sebesar :
  1.  Dewasa Rp.3.000.
  2.  Anak usia 5 (lima) tahun ke bawah Rp.2.000.
Advertisement

Baca juga:

Blogger
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar

Silahkan berikan komentar Anda !