Benteng Van Der Wijck terletak di Jl. Sapta Marga, Desa Sedayu, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah. Benteng Van Der Wijck merupakan benteng pertahanan Hindia-Belanda yang dibangun pada abad ke 18. Nama benteng ini diambil dari Van Der Wijck, yang merupakan nama komandan pada saat itu. Benteng ini merupakan benteng persegi delapan satu-satunya di indonesia. Di dunia hanya ada dua benteng segi delapan, satunya ada di Australia.
Akses jalan menuju lokasi wisata sudah beraspal serta dengan didukung sarana transportasi umum Kebumen-Gombong. Benteng peninggalan Belanda itu diperkirakan dibangun pada tahun 1818 atas prakarsa Jenderal Van den Bosch. Seperti tahun yang tertulis pada salah satu bagian dari benteng tersebut.
Pembangunan benteng kerap dikaitkan dengan nama seorang Jenderal Belanda yang bertugas di Bagelen Purworejo tahun 1787-1876 bernama Frans David Cochius. Namun, kemudian benteng itu disebut Van der Wijck, sesuai dengan nama di pintu masuk benteng. Van der Wijck merupakan perwira militer dengan karir cemerlang karena konon mampu memenangkan berbagai peperangan di Indonesia.
Benteng setinggi 10 meter, setebal 1,4 meter, dan seluas 7.168 meter persegi itu dibangun dua lantai. Di lantai satu dan dua terdapat masing-masing 16 ruangan besar dengan ukuran 18 x 6,5 m. Sementara ruang kecil di lantai satu berbagai macam ukuran ada 27 ruangan, sementara di lantai dua terdapat 25 ruangan. Pada lantai satu terdapat empat pintu gerbang, 72 jendela, 63 pintu antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua serta dua anak tangga darurat. Sedangkan di lantai dua, terdapat 84 jendela, 70 pintu penghubung dan empat anak tangga ke bagian atap. Hampir seluruh bangunan bentuknya adalah tembok, termasuk atapnya yang berasal dari batu bata.
Meski usianya sudah dua abad, namun bangunan tetap terlihat kokoh. Bahkan, besi-besi yang berada di bagian atap tiap ruangan terdapat kait besi yang menempel kuat. Sudah menjadi kekhasan gedung-gedung yang didirikan Belanda, hampir seluruh ruangan bisa ditembus sinar matahari, sirkulasi udara juga bagus, serta atapnya yang tinggi, membuat suasana tidak panas.
Benteng kokoh yang berwarna merah telah telah berganti-ganti fungsinya. Sejak dibangun saat terjadinya peperangan Pangeran Diponegoro sekitar 1825-1830, Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai tempat pertahanan. Ada sejumlah ahli yang yakin kalau benteng itu bukan merupakan benteng pertahanan, melainkan sebagai benteng logistik dan Puppilen School atau sekolah calon militer. Secara pasti memang tidak ada sejarah yang mencatat secara persis untuk apa saja benteng itu difungsikan.
Tidak hanya serdadu Belanda saja yang pernah menggunakan Benteng Van Der Wijck. Jenderal Besar Soeharto, penguasa Orde Baru bahkan sempat melewatkan lembar hidupnya di benteng tersebut sewaktu menjadi anggota KNIL. Mantan Presiden Soeharto, saat masuk KNIL atau het Koninklijke Nederlands Indische Leger, juga dilatih di benteng tersebut. Saat Jepang masuk, benteng ini untuk melatih PETA. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, pada 1948 sampai sekarang TNI AD memanfaatkan benteng ini menjadi sekolah Tamtama (Secata).
Untuk berkeliling benteng dengan jalan kaki santai membutuhkan waktu sekitar 30 menit menyusuri lantai satu dan dua. Tiket masuk benteng seharga Rp 25.000. Untuk atraksi wisata, pengelola Benteng Van Der Wijck menawarkan perjalanan naik kereta mini di atas atap benteng. Sebagai taman rekreasi keluarga ada berbagai atraksi lain, seperti kolam renang (water park), kereta mini, kereta kencana keliling kompleks benteng, terapi ikan, becak air, kincir raksasa, komidi putar, dan mandi bola.
Sejak tahun 1950 hingga tahun 1984, benteng itu digunakan untuk barak tentara. Tahun 1984 menjadi tempat tinggal anggota TNI Angkatan Darat sampai tahun 2000. Tahun 2000, TNI mengambil kebijakan memugarnya dan diserahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga. Secara pasti kesejarahan Benteng Van Der Wijck memang belum ada yang pasti.
Informasi lebih lanjut hubungi
Benteng Van Der Wijck
Jl. Sapta Marga, Desa Sedayu, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
Telp.: +62 287 473 460
Fax.: +62 287-471 861
Akses jalan menuju lokasi wisata sudah beraspal serta dengan didukung sarana transportasi umum Kebumen-Gombong. Benteng peninggalan Belanda itu diperkirakan dibangun pada tahun 1818 atas prakarsa Jenderal Van den Bosch. Seperti tahun yang tertulis pada salah satu bagian dari benteng tersebut.
Pembangunan benteng kerap dikaitkan dengan nama seorang Jenderal Belanda yang bertugas di Bagelen Purworejo tahun 1787-1876 bernama Frans David Cochius. Namun, kemudian benteng itu disebut Van der Wijck, sesuai dengan nama di pintu masuk benteng. Van der Wijck merupakan perwira militer dengan karir cemerlang karena konon mampu memenangkan berbagai peperangan di Indonesia.
Benteng setinggi 10 meter, setebal 1,4 meter, dan seluas 7.168 meter persegi itu dibangun dua lantai. Di lantai satu dan dua terdapat masing-masing 16 ruangan besar dengan ukuran 18 x 6,5 m. Sementara ruang kecil di lantai satu berbagai macam ukuran ada 27 ruangan, sementara di lantai dua terdapat 25 ruangan. Pada lantai satu terdapat empat pintu gerbang, 72 jendela, 63 pintu antar ruangan maupun pintu keluar benteng, 8 anak tangga ke lantai dua serta dua anak tangga darurat. Sedangkan di lantai dua, terdapat 84 jendela, 70 pintu penghubung dan empat anak tangga ke bagian atap. Hampir seluruh bangunan bentuknya adalah tembok, termasuk atapnya yang berasal dari batu bata.
Meski usianya sudah dua abad, namun bangunan tetap terlihat kokoh. Bahkan, besi-besi yang berada di bagian atap tiap ruangan terdapat kait besi yang menempel kuat. Sudah menjadi kekhasan gedung-gedung yang didirikan Belanda, hampir seluruh ruangan bisa ditembus sinar matahari, sirkulasi udara juga bagus, serta atapnya yang tinggi, membuat suasana tidak panas.
Benteng kokoh yang berwarna merah telah telah berganti-ganti fungsinya. Sejak dibangun saat terjadinya peperangan Pangeran Diponegoro sekitar 1825-1830, Benteng Van Der Wijck digunakan sebagai tempat pertahanan. Ada sejumlah ahli yang yakin kalau benteng itu bukan merupakan benteng pertahanan, melainkan sebagai benteng logistik dan Puppilen School atau sekolah calon militer. Secara pasti memang tidak ada sejarah yang mencatat secara persis untuk apa saja benteng itu difungsikan.
Tidak hanya serdadu Belanda saja yang pernah menggunakan Benteng Van Der Wijck. Jenderal Besar Soeharto, penguasa Orde Baru bahkan sempat melewatkan lembar hidupnya di benteng tersebut sewaktu menjadi anggota KNIL. Mantan Presiden Soeharto, saat masuk KNIL atau het Koninklijke Nederlands Indische Leger, juga dilatih di benteng tersebut. Saat Jepang masuk, benteng ini untuk melatih PETA. Setelah Belanda meninggalkan Indonesia, pada 1948 sampai sekarang TNI AD memanfaatkan benteng ini menjadi sekolah Tamtama (Secata).
Untuk berkeliling benteng dengan jalan kaki santai membutuhkan waktu sekitar 30 menit menyusuri lantai satu dan dua. Tiket masuk benteng seharga Rp 25.000. Untuk atraksi wisata, pengelola Benteng Van Der Wijck menawarkan perjalanan naik kereta mini di atas atap benteng. Sebagai taman rekreasi keluarga ada berbagai atraksi lain, seperti kolam renang (water park), kereta mini, kereta kencana keliling kompleks benteng, terapi ikan, becak air, kincir raksasa, komidi putar, dan mandi bola.
Sejak tahun 1950 hingga tahun 1984, benteng itu digunakan untuk barak tentara. Tahun 1984 menjadi tempat tinggal anggota TNI Angkatan Darat sampai tahun 2000. Tahun 2000, TNI mengambil kebijakan memugarnya dan diserahkan pengelolaannya kepada pihak ketiga. Secara pasti kesejarahan Benteng Van Der Wijck memang belum ada yang pasti.
Informasi lebih lanjut hubungi
Benteng Van Der Wijck
Jl. Sapta Marga, Desa Sedayu, Kecamatan Gombong, Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah
Telp.: +62 287 473 460
Fax.: +62 287-471 861
Advertisement