Segara Anakan terletak di belakang Pulau Nusakambangan wilayah Kabupaten Cilacap Provinsi Jawa Tengah. Segara merupakan kata yang berasal dari bahasa Jawa yang artinya adalah laut. Sebuah Laguna yang unik di pantai selatan Pulau Jawa dengan ekosistem rawa bakau (mangrove) yang memiliki komposisi dan stuktur hutan terlengkap di Pulau Jawa. Kawasan Segara Anakan merupakan tempat bertemunya 3 (tiga) sungai besar, yaitu Sungai Citanduy, Sungai Cibereum dan Sungai Cikonde serta sungai-sungai kecil lainnya.
Kawasan ini juga menjadi penghubung pergerakan ekonomi dan sarana transportasi air masyarakat dari Cilacap menuju Pangandaran. Berbagai komponen sumber daya hayati berupa flora, habitat berbagai jenis fauna, bentang alam daratan dan perairan yang membentuk suatu kesatuan ekosistem alami. Panorama bentang alam dan keunikannya menyajikan suatu pemandangan yang menakjubkan. Nikmati paduan keindahan dan keunikan penuh nuansa petualangan yang mengasyikan.
Keindahan Segara Anakan
Menyusuri Segara Anakan Cilacap, kita akan seperti berada di labirin air dengan tanaman mangrove di kanan dan kiri sejauh mata memandang. Potensi sumberdaya alam bahari dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata bahari sekaligus wisata edukasi.
Selain memiliki potensi kekayaan ekosistem laguna, Segara Anakan Cilacap yang terletak berdekatan dengan Pulau Nusakambangan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga menyusuri Segara Anakan sekaligus juga menyaksikan Pulau Nusakambangan dari dekat. Jalur yang dilalui untuk menyusuri Segara Anakan juga merupakan jalur menuju Kampung Laut, sebuah kecamatan yang berada diluar area daratan Kabupaten Cilacap. Keunikan kehidupan masyarakat Kampung Laut pun bisa menjadi penunjang daya tarik wisata bahari di Cilacap.
Kampung Laut merupakan nama sebuah kecamatan yang berada di sebelah ujung Barat Pulau Nusakambangan, tepatnya di Desa Klaces. Kampung Laut terdiri dari empat kelurahan atau desa, masing-masing adalah Desa Ujungalang, Ujung Gagak, Panikel, dan Klaces yang menjadi Kecamatan Kampung Laut.
Sepanjang perjalanan menuju Kampung Laut, wisatawan disuguhi pemandangan Pulau Nusakambangan dengan bangunan-bangunan Lapas, Area Kilang Minyak Pertamina, Kapal-kapal Minyak yang lalu lalang, perahu-perahu Nelayan dan Hutan Mangrove di kanan kiri. Ketika tiba Pusat Konservasi Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia, wisatawan bisa berjalan-jalan di sepanjang area tracking untuk melihat dari dekat berbagai jenis tanaman Mangrove, melakukan penanaman bibit Mangrove, dan menikmati hidangan seafood yang bisa dipesan kepada penduduk Kampung Laut.
Alternatif lain dari aktivitas wisata bahari di Cilacap adalah menyusuri Segara Anakan langsung menuju ke salah satu desa di kampung Laut dan melakukan aktivitas bersama penduduk atau masyarakat Kampung Laut. Akan lebih memuaskan lagi jika bermalam di Kampung Laut. Wisatawan bisa melihat dan terlibat langsung dengan aktivitas keseharian masyarakat di sana seperti memancing, mencari kepiting, menanam bibit Mangrove, bertani padi, membuat gula kelapa, dan menyaksikan kesenian tradisional masyarakat Kampung Laut.
Segara Anakan merupakan salah satu laboratorium alam bagi para peneliti dalam dan luar negeri dari aneka disiplin ilmu antara lain biologi, geologi, fisika, sosial, ekonomi, budaya, dan hukum. Ekosistem mangrove Segara Anakan menyangkut siklus kehidupan ikan, udang, kepiting dan fauna lainnya, seperti burung dan aneka reptil. Laguna ini merupakan tempat berkembang biaknya anak-anak satwa laut itu sebelum kemudian keluar melalui muara laguna ke laut lepas, Samudera Hindia.
Sebagai sarana transportasi laut antar kecamatan dan pusat-pusat keramaian di tepi barat, selatan dan timur perairan Segara Anakan, laguna ini sangat vital. Potensi lain adalah daya tarik kepariwisataannya yang kuat. Pada tahun 1980-an, di Segara Anakan terdapat 26 jenis tumbuhan mangrove dengan tiga jenis vegetasi (tumbuhan). Yang paling dominan adalah jenis api-api, bakau, dan cancang (bruguiera gymnonthiza) yang sering dimanfaatkan penduduk untuk kerangka bangunan rumah panggung.
Keunikan ekosistem laguna Segara Anakan dapat dilihat dari keberadaan biota yang ada, salah satunya adalah ikan sidat. Ikan ini memiliki kandungan DHA hampir dua kali lipat dibandingkan ikan biasa. Dari 12 species ikan sidat di dunia, tujuh di antaranya berkembang di daerah ini. Karena begitu pentingnya peranannya, Badan Konservasi Segara Anakan dan Nusakambangan membagi laguna ini menjadi tiga bagian yaitu zona inti, zona transisi, dan zona pemanfaatan.
Menuju Segara Anakan
Untuk menuju Segara Anakan dapat melalui dua pelabuhan. Pelabuhan pertama bernama Pelabuhan Sleko yang terletak di pusat kota Cilacap. Di Pelabuhan ini, terdapat pangkalan perahu motor yang biasa disebut compreng, yang dapat mengantar pengunjung ke Kampung Laut. Pengunjung pun dapat memilih mau menyewa compreng, atau menggunakan compreng reguler yang lebih murah, dengan konsekuensi waktu dan rute yang terbatas. Dari Sleko menuju Kampung Laut, akan memakan waktu sekitar 90 menit.
Pelabuhan kedua terletak di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap. Dari Kabupaten Ciamis, Segara Anakan dapat dimasuki dari Majingklak. Di Majingklak juga terdapat penyewaan compreng yang harganya lebih murah daripada di Sleko, dan waktu tempuh menuju Kampung Laut yang lebih singkat, hanya sekitar 20 menit.
Layanan informasi :
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Cilacap
Jl. A. Yani No. 8 Cilacap Telp. 0282-534481
Kawasan ini juga menjadi penghubung pergerakan ekonomi dan sarana transportasi air masyarakat dari Cilacap menuju Pangandaran. Berbagai komponen sumber daya hayati berupa flora, habitat berbagai jenis fauna, bentang alam daratan dan perairan yang membentuk suatu kesatuan ekosistem alami. Panorama bentang alam dan keunikannya menyajikan suatu pemandangan yang menakjubkan. Nikmati paduan keindahan dan keunikan penuh nuansa petualangan yang mengasyikan.
Keindahan Segara Anakan
Menyusuri Segara Anakan Cilacap, kita akan seperti berada di labirin air dengan tanaman mangrove di kanan dan kiri sejauh mata memandang. Potensi sumberdaya alam bahari dan ekosistemnya ini dapat dikembangkan sebagai daya tarik wisata bahari sekaligus wisata edukasi.
Selain memiliki potensi kekayaan ekosistem laguna, Segara Anakan Cilacap yang terletak berdekatan dengan Pulau Nusakambangan memiliki daya tarik tersendiri bagi wisatawan, sehingga menyusuri Segara Anakan sekaligus juga menyaksikan Pulau Nusakambangan dari dekat. Jalur yang dilalui untuk menyusuri Segara Anakan juga merupakan jalur menuju Kampung Laut, sebuah kecamatan yang berada diluar area daratan Kabupaten Cilacap. Keunikan kehidupan masyarakat Kampung Laut pun bisa menjadi penunjang daya tarik wisata bahari di Cilacap.
Kampung Laut merupakan nama sebuah kecamatan yang berada di sebelah ujung Barat Pulau Nusakambangan, tepatnya di Desa Klaces. Kampung Laut terdiri dari empat kelurahan atau desa, masing-masing adalah Desa Ujungalang, Ujung Gagak, Panikel, dan Klaces yang menjadi Kecamatan Kampung Laut.
Sepanjang perjalanan menuju Kampung Laut, wisatawan disuguhi pemandangan Pulau Nusakambangan dengan bangunan-bangunan Lapas, Area Kilang Minyak Pertamina, Kapal-kapal Minyak yang lalu lalang, perahu-perahu Nelayan dan Hutan Mangrove di kanan kiri. Ketika tiba Pusat Konservasi Study Plasma Nutfah Mangrove Indonesia, wisatawan bisa berjalan-jalan di sepanjang area tracking untuk melihat dari dekat berbagai jenis tanaman Mangrove, melakukan penanaman bibit Mangrove, dan menikmati hidangan seafood yang bisa dipesan kepada penduduk Kampung Laut.
Alternatif lain dari aktivitas wisata bahari di Cilacap adalah menyusuri Segara Anakan langsung menuju ke salah satu desa di kampung Laut dan melakukan aktivitas bersama penduduk atau masyarakat Kampung Laut. Akan lebih memuaskan lagi jika bermalam di Kampung Laut. Wisatawan bisa melihat dan terlibat langsung dengan aktivitas keseharian masyarakat di sana seperti memancing, mencari kepiting, menanam bibit Mangrove, bertani padi, membuat gula kelapa, dan menyaksikan kesenian tradisional masyarakat Kampung Laut.
Segara Anakan merupakan salah satu laboratorium alam bagi para peneliti dalam dan luar negeri dari aneka disiplin ilmu antara lain biologi, geologi, fisika, sosial, ekonomi, budaya, dan hukum. Ekosistem mangrove Segara Anakan menyangkut siklus kehidupan ikan, udang, kepiting dan fauna lainnya, seperti burung dan aneka reptil. Laguna ini merupakan tempat berkembang biaknya anak-anak satwa laut itu sebelum kemudian keluar melalui muara laguna ke laut lepas, Samudera Hindia.
Sebagai sarana transportasi laut antar kecamatan dan pusat-pusat keramaian di tepi barat, selatan dan timur perairan Segara Anakan, laguna ini sangat vital. Potensi lain adalah daya tarik kepariwisataannya yang kuat. Pada tahun 1980-an, di Segara Anakan terdapat 26 jenis tumbuhan mangrove dengan tiga jenis vegetasi (tumbuhan). Yang paling dominan adalah jenis api-api, bakau, dan cancang (bruguiera gymnonthiza) yang sering dimanfaatkan penduduk untuk kerangka bangunan rumah panggung.
Keunikan ekosistem laguna Segara Anakan dapat dilihat dari keberadaan biota yang ada, salah satunya adalah ikan sidat. Ikan ini memiliki kandungan DHA hampir dua kali lipat dibandingkan ikan biasa. Dari 12 species ikan sidat di dunia, tujuh di antaranya berkembang di daerah ini. Karena begitu pentingnya peranannya, Badan Konservasi Segara Anakan dan Nusakambangan membagi laguna ini menjadi tiga bagian yaitu zona inti, zona transisi, dan zona pemanfaatan.
Menuju Segara Anakan
Untuk menuju Segara Anakan dapat melalui dua pelabuhan. Pelabuhan pertama bernama Pelabuhan Sleko yang terletak di pusat kota Cilacap. Di Pelabuhan ini, terdapat pangkalan perahu motor yang biasa disebut compreng, yang dapat mengantar pengunjung ke Kampung Laut. Pengunjung pun dapat memilih mau menyewa compreng, atau menggunakan compreng reguler yang lebih murah, dengan konsekuensi waktu dan rute yang terbatas. Dari Sleko menuju Kampung Laut, akan memakan waktu sekitar 90 menit.
Pelabuhan kedua terletak di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat, yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap. Dari Kabupaten Ciamis, Segara Anakan dapat dimasuki dari Majingklak. Di Majingklak juga terdapat penyewaan compreng yang harganya lebih murah daripada di Sleko, dan waktu tempuh menuju Kampung Laut yang lebih singkat, hanya sekitar 20 menit.
Layanan informasi :
Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kab. Cilacap
Jl. A. Yani No. 8 Cilacap Telp. 0282-534481
Advertisement