Petilasan Makam Ardilawet Purbalingga

Petilasan atau makam Syech Jambukarang, di Desa Penusupan, Kecamatan Rembang, Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah. Menurut cerita masyarakat sekitar petilasan Ardi Lawet merupakan makam Syech Jambukarang. Syech Jambukarang merupakan putra dari Prabu Brawijaya Mahesa Trademan, Raja Pajajaran. Saat kecil ia bernama Adipati Mendang (R Mundingwangi). Sebenarnya, ia berhak menduduki tahta kerajaan menggantikan orang tuanya. Namun, Jambukarang lebih memilih menjadi pendeta. Tahta kerajaan diberikan kepada adiknya, R Mundingsari yang dinobatkan pada tahun 1190.

Masyarakat sekitar Purbalingga banyak yang mengunjungi petilasan tersebut untuk menyepi dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Mitos yang berkembang di masyarakat, berdoa di tempat ini akan cepat dikabulkan. Sejumlah masyarakat dari dalam dan luar kota Purbalingga Banyak yang berkunjung dan berdoa untuk berbagai aplikasi di perbukitan Ardilawet ini.

Sejarah Petilasan Ardilawet
Pada saat Adipati Mendang bertapa di Gunung Dipa. beliau berganti nama Djambukarang, sampai sekarang tempat bertapa terkenal dengan sebutan Gunung Karang (karsidenan Banten, Jawa Barat). Saat bertapa  ia melihat ada tiga cahaya dari arah timur yang menjulang ke angkasa. Melihat hal itu, Jambukarang bersama para pengikutnya menuju cahaya terebut sampai sampailah di perbukitan Ardilawet itu dan mendirikan pertapaan disana.

Secara bersamaan, Syech Atas Angin dari Negara Arab dan telah berkelana menyebarkan Islam di purbalingga juga melihat adanya cahaya yang sama dari arah timur. Cahaya itu terlihat jelas sesaat setelah ia melaksanakan sholat Shubuh. singkat cerita Syeh Atas Angin juga menuju ke perbukitan Ardilawet. Di perbukitan tersebut, ia bertemu dengan Jambukarang yang sedang bertapa. Uluk salam disampaikan oleh Syech Atas Angin kepada Jambukarang. Namun, Jambukarang tak menyahut uluk salam tersebut.

Tak lama kemudian, Jambukarang terlibat perdebatan dengan Syech Atas Angin. Mereka juga terlibat adu kesaktian. Syech Atas Angin yang memiliki kesaktian lebih tinggi sehingga Jambukarang tunduk dan memeluk Islam. Jambukarang mencukur rambut dan kukunya dan dikuburkan di Ardilawet itu.

Selain mengangkat Syech Atas Angin menjadi gurunya, Pangeran Wali Syech Jambukarang juga menikahkan putrinya yang bernama Rubiah Bekti menjadi istri Syech Atas Angin. Setelah memeluk Islam, Syech Jambukarang aktif menyebarluaskan ajaran Islam di wilayah Purbalingga.

Keadaan Lokasi Petilasan
Saat Anda mengunjungi Petilasan Syech Jambu Karang di Ardi lawet ini, dari pintu gerbang bertulisan "pintu masuk petilasan Ardi Lawet", kita akan mulai menanjak melewati perkampungan. Dari sini bukit Tembeleng yang dikenal wingit dan menjadi tempat larangan pendakian akan terlihat di sebelah kanan. Setelah menemukan gerbang pertama yang disebut dengan peron, Anda akan melewati Makam Kyai Kunci, tepat dibelakang gerbang. Kyai Kunci adalah orang pertama yang merawat makam Beliau. Dan tradisi ini masih terus dilanjutkan anak keturunannya.
ardilawet

Jalan naik akan terus semakin terasa. namun berhentilah sejenak di Penglerenan Watu. Ada beberapa batu besar disini. Penglerenan Watu berarti pemberhentian batu. Dulu, Syech Jambu Karang pernah berniat membangun padepokan diatas. Sayangnya sebelum sampai diatas, fajar sudah lebih dulu datang. Dan rencana itupun digagalkan dengan tetap membiarkan batu-batu itu disini.

Setelah beristirahat di Penglerenan Watu, saatnya melanjutkan perjalanan. Anda akan menghadapi tanjakan terpanjang menuju Ardi Lawet. Mitosnya, jika tanjakan ini berhasil ditaklukan maka cepat atau lambat sampai juga di puncak. Dan sekitar 1 km dari Pengleranan Watu tadi, terdapat Lemah Growong. Tempatnya agak sedikit menurun dan konon tembus dari timur ke barat.

Setelah Lemah Growong naik sedikit akan ditemukan makam salah seorang murid beliau di bawah pohon nangka. Bagi yang percaya, jika pasangan yang sudah lama mendamba keturunan akan dapat terkabul kalau saja menemukan buah babal atau nangka muda untuk dimakan.

Selanjutnya kita akan melewati lemah simebut. Perlu ekstra hati-hati saat melangkah di jalanan ini. Banyaknya lumut membuat jalanan ini terasa lebih licin dibanding yang lain. Setelah melewati lemah simebut sampailah di tempat tujuan. Pengunjung pun bisa beristirahat di pakerisan. Dimana disekitarnya ada mushola kecil, warung makan dan tangga menuju makam.

Cungkup makamnya terbuat dari kayu beratap ijuk berbentuk srotong. Anak tangganya cukup banyak. Ada yang menyebut 99 buah seperti halnya Asmaul Husna. Ada juga yang menghitungnya lebih dari 100. Makam ini dipercaya sebagai tempat disemayamkannya rambut, kuku dan pakaian Syech Jambu Karang. Dan seperti halnya bangunan makam para tokoh besar, tempat inipun tidak dibuka sepanjang waktu. Tidak juga setiap berkunjung kita bisa bertemu sang kuncen dan masuk ke dalamnya.

Menuju Lokasi Petilasan Ardilawet
Untuk mencapai lokasi petilasan Ardi Lawet tidaklah sulit, karena prasarana jalan menuju tempat petilasan tersebut cukup memadai. Jika Anda menggunakan kendaraan umum, lokasi ini berjarak sekitar 20 kilometer dari Kota Purbalingga. Jika Anda menumpang mikrobus jurusan Bobotsari-Rembang, hanya membutuhkan waktu ekitar 30-45 menit. Setelah sampai di Monumen Panglima Besar Jenderal Soedirman, naiklah angkutan pick up ke Desa Penusupan dengan jarak tempuh sekitar 4 kilometer. Sesampai di Desa Penusupan, pengunjung harus berjalan kaki menempuh jalan setapak kurang lebih 3 kilometer untuk sampai di Gerbang petilasan Ardilawet.
Advertisement

Baca juga:

Blogger
Pilih Sistem Komentar

Tidak ada komentar

Silahkan berikan komentar Anda !